2. Latar Belakang Pendidikan Tak Sesuai Dengan Lapangan Pekerjaan Di Indonesia ada ketidaksesuaian yang besar antara latar belakang pendidikan dengan lapangan epkerjaan Apa Buktinya ?? Bukti : 1. Fakta memaksa harus puas lulusan SMA bekerja di pabrik gilingan batu 2. Lulusan sarjana filsafat bekerja sebagai satpam 3. Seorang insinyur bekerja di Depdiknas bagian anggaran |
3. Depopulasi Guru Idola Guru adalah sosok manusia yang bisa di gugu dan ditiru dalam segala hal Namun bagaimana kenyataannya? Bukti : 1. Ada guru yang terlambat masuk ke kelas 2. Keluar kelas mendahului bel 3. Menunda jawaban ketika siswa bertanya 4. Guru & Gajinya Tidak masalah guru diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa Asal jangan diselewengkan menjadi pahlawan tanpa jasa !! Tugas guru sangatlah berat karena harus menyelamatkan generasi masa depan dari kebutaan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewarnai keadaan bangsa yang akan datang. Namun adanya ketidaksesuaian terpaksa harus diungkapkan. Gaji guru tidak membuat silau si tukang batu, pelayan toko tersenyum sinis memegang kumis melihat guru menunduk menangis. Padahal tugas dan tanggung jawab seorang guru tidak sama dengan seorang tukang batu. |
5. Orang Tua Orang tua siswa selalu menghendaki anaknya menjadi orang yang berguna di kelak kemudian hari Akan tetapi sering harapan itu tidak seimbang !! Pasalnya orang tua sibuk dengan rutinitas tugas kesehariannya, pergi pagi pulang malam tanpa ada waktu senggang. Kapankah orang tua harus mengontrol, mengawasi dan mendidik putra putrinya? Ini dialami orang tua sibuk berstatus tinggi di kota. |
6. Siwa Selaku Subyek Minat belajar Sangat Penting bagi Siswa dan Pendidikan. Akan tetapi minat siswa belajar masih rendah !! Kurangnya minat baca bagi siswa mengawali rendahnya kualitas siswa itu sendiri. Sementara mereka senang membicarakan tokoh-tokoh sukses, orang-orang tenar, kaya, cendekiawan, insinyur dan lain sebagainya. Disisi lain mereka masih enggan untuk belajar, membaca dan tak mau melirik perpustakaan. Budaya ngobrol, nonton TV, nongkrong dan kumpul-kumpul agaknya mengangkangi proporsi waktu hari-hari yang dilewatinya |
7. Rendahnya Anggaran Pendidikan Sudah tepatkah penggunaan anggaran di sekolah masing-masing ? Sudahkah direalisasikan anggaran untuk bidang pendidikan sebanyak 20 % dari APBN ? Dalam proses pembelajaran : 1. Pelajaran IPA perlu alat dan bahan untuk praktikum 2. Pelajaran olah raga perlu alat olahraga 3. Seni tari perlu radio tip dan kasetnya, |
8. Bentuk Soal Tes Soal ulangan harian, ulangan mid semester, ulangan umum dan soal ujian nasional persekolahan kita selalu menerapkan soal pilihan ganda Anak tidak pernah bermain bahasa dengan bahasanya sendiri Anak hanya disuguhi pilihan yang cara pengerjaannya pun bisa dilakukan dengan ngawur. Anak selalu bisa mengerjakan beberapa soal dalam waktu hanya hitungan menit. Semua soal bisa terselesaikan. Anak hanya berpikir sepotong-sepotong dan tidak berpikir secara utuh dalam menghadapi setiap butir soal. |
9. Sistem Penilaian Ada kecerobohan dalam sistem penilaian. Penskoran dari soal pilihan ganda yang tidak menerapkan sistem denda jelas-jelas merupakan tindakan ceroboh dalam sistem evaluasi pendidikan Jawaban yang salah merupakan cermin pengerjaan ngawur. Mestinya, jawaban yang salah untuk mendendanya dengan harapan anak nekat menjawab tanpa didasari pemikiran yang benar. Anak akan takut menjawab ngawur. Contoh, 50 soal pilihan ganda dengan skor 100 dijawab 30 benar semua maka nilainya 60. Akan tetapi apabila dijawab semua dan benar 30 maka nilainya 60 – 40 = 20 bukan 60. |
10. Maraknya KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Ada jalan pintas mencari pekerjaan dengan model kolusi Apabila sistem ini terus membudaya dalam masyarakat maka akan menghancurkan tumbuhnya jiwa kemandirian dan mematikan kreativitas pada generasi masa depan. SUMBER:kaskus |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar